Rumput Laut Sebagai Nutraceutical dan Alternatif Terapi
Dheasy Herawati, S.Si., M.Si (Akun Scholar, Sinta)
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan UMAHA Sidoarjo
Perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan manusia mengakibatkan meningkatnya kasus obesitas dan penyakit metabolik kronis (diabetes, penyakit jantung, hipertensi, hiperlipidemia dan kanker). Banyak senyawa obat sintetik memiliki efek merugikan pada hati atau ginjal pada dosis tinggi atau jangka panjang. Rumput laut mengandung senyawa bermanfaat yang dapat digunakan sebagai terapi komplementer dan alternatif alami untuk obat-obatan pada kasus metabolik sindrom. Pada tulisan ini, penulis mencoba merangkum manfaat rumput laut sebagai nutraceutical dan alternatif terapi terhadap penyakit degeneratif dan metabolik sindrom. Kebetulan penulis juga sedang mempelajari rumput laut sebagai bahan disertasi terkait bioaktivitasnya.
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan sumber daya alami rumput laut yang tumbuh sepanjang garis pantai dan tidak akan habis (renewable). Indonesia adalah Negara penghasil rumput laut nomer dua setelah Philipina, namun pemanfaatannya sangat rendah dan seringkali menjadi sampah yang berserakan sehingga mengganggu pelayaran kapal nelayan. Rumput laut diklasifikasikan menjadi rumput laut hijau (Chlorophyta), rumput laut merah (Rhodophyta) dan rumput laut coklat (Phaeophyta). Ketiga jenis rumput laut tersebut kaya akan asam lemak tak jenuh ganda, protein, serat, mineral, vitamin, dan antioksidan, dengan nilai kalori rendah. Namun, seperti kebanyakan tumbuhan, kandungan nutrisinya dipengaruhi oleh musim, lokasi geografis, lingkungan, dan masa panen.
Menurut ahli gizi, Jo Lewin orang-orang Jepang mempunyai tingkat harapan hidup tertinggi di dunia karena mempunyai kebiasaan mengkonsumsi rumput laut secara teratur. Jenis rumput laut yang biasa dikonsumsi orang Jepang diantaranya Nori, Kombu, Wakame, Hijiki, Mozuku dan Aonori. Rumput laut telah terbukti memiliki sifat terapeutik untuk kesehatan dan manajemen penyakit seperti antikanker, antivirus, antiobesitas, antioksidan, antidiabetes, antikoagulan, antihipertensi, imunomodulator dan sifat penyembuhan jaringan in vivo. Senyawa aktif yang terkandung dalam rumput laut diantaranya polisakarida sulfat, florotannins, fukosantin, mineral, sulfolipid, dan peptida yang bermanfaat melawan penyakit metabolik degeneratif. Cara kerja terapeutik dan komponen bioaktif rumput laut telah banyak diteliti oleh para ilmuwan.
Sifat Antioksidan
Senyawa biofenol (flavonoid) yang paling banyak terdapat dalam tumbuhan memiliki tiga cincin yang saling berhubungan. Senyawa florotanin dari rumput laut memiliki hingga delapan cincin yang saling berhubungan sehingga menjadikannya 10-100 kali lebih kuat dan lebih stabil sebagai antiradikal bebas daripada polifenol lainnya (katekin teh hijau, hanya memiliki empat cincin). Kandungan antioksidan rumput laut bervariasi menurut spesies, tetapi umumnya rumput laut hijau (Caulerpa spp.) mempunyai aktivitas antioksidan yang lebih tinggi, diikuti oleh rumput laut coklat (Sargassum spp.), kemudian rumput laut merah (Euchema spp.). Konsumsi rumput laut secara rutin dapat menurunkan oksidasi lipid yang berperan dalam proses penuaan.
Efek terapeutik terhadap penyakit degeneratif
Peroksinitrit adalah salah satu radikal bebas yang dicurigai mampu menyebabkan gangguan neurologis, peradangan, fibromyalgia, sindrom kelelahan kronis dan gangguan pasca trauma. Sebuah studi yang dilakukan dengan pemberian suplemen ekstrak rumput laut selama 3 bulan melaporkan adanya peningkatan yang signifikan terhadap gangguan neurologis.
Potensi rumput laut untuk pencegahan dan terapi metabolik sindrom
Kandungan serat makanan yang larut dari rumput laut yang tinggi dapat membantu memperlambat pencernaan dan penyerapan kalori sehingga menunda pengosongan lambung dan penyerapan di usus kecil. Fukosantin (karotenoid utama dalam rumput laut coklat) menunjukkan efek antiobesitas terutama pada pasien obesitas dengan penyakit hati berlemak non-alkohol dan peningkatan indeks peradangan kronis. Asam lemak omega 3 dari rumput laut memiliki efek menurunkan trigliserida, homeostasis dan membantu menormalkan indeks inflamasi seperti C-Reactive Protein (CRP) yang positif.
Kandungan serat pangan larut dalam rumput laut lebih tinggi dibandingkan tanaman yang lain (hingga 55% berat kering) terutama pada jenis Hypnea spp. dan Ulva lactuca hijau. Serat larut bermanfaat bagi kesehatan usus melalui efek pengikatan air, pembentukan feses dan penurunan waktu transit pencernaan yang secara tidak langsung membantu mencegah kanker usus besar. Kandungan serat pangan larut tinggi dapat membantu menurunkan kadar kolesterol darah dan mencegah sindrom metabolik. Asupan serat makanan yang tinggi membantu mengurangi resiko penyakit kronis seperti kanker, diabetes, dan penyakit jantung.
Antikanker
Konsumsi rumput laut secara teratur dikaitkan dengan resiko penyakit kanker manusia yang lebih rendah. Sejumlah penelitian tentang aktivitas antikanker dari rumput laut terhadap bermacam-macam sel kanker telah dilakukan baik in vitro maupun in vivo. Potensi terapeutik senyawa bioaktif dari rumput laut telah banyak dikembangkan dan merupakan agen terapi yang selektif untuk kanker dengan cara menghambat proliferasi sel dan menginduksi apoptosis yaitu kematian sel yang terprogram. Beberapa jenis rumput laut yang mempunyai aktivitas antikanker diantaranya Sargassum duplicatum mampu menghambat sel kanker usus, S. filipendula menunjukkan aktivitas antiproliferasi pada sel kanker serviks, S. henslowianum mampu menurunkan proliferasi dari sel melanoma, Fucus vesiculosis mempunyai aktivitas antikanker kolon, leukimia dan karsinoma paru-paru, Undaria pinnatifida dapat menginduksi apoptosis sel kanker paru-paru dan inhibisi metastasis sel hepatokarsinoma. Kemampuan rumput laut sebagai antikankerdikarenakan adanya kandungan polisakarida seperti laminaran, alginat, karaginan dan fucoidan, adanya fucans dari Ascophylum nodosum, porphyrin dari Porphyra sp., kandungan iodin dan asam arakhidonat.
Nutraceutical dan produk komersial
Rumput laut seperti Nori (Porphyra sp.), Kumbu ( Laminaria sp.), Hijiki (Hijikiasp.), karaginan, agar dan alginat banyak digunakan dalam makanan sebagai nutraceutical. Produk rumput laut yang dikomersialkan diantaranya lektin makroalga, fucoidans, kainoids dan aplysiatoksin secara rutin digunakan dalam penelitian biomedis. Kahalalide F yang dihasilkan dari Bryopsis sp. telah dipatenkan untuk pengobatan karsinoma paru-paru manusia. Carraguard, mikrobisida vagina berbasis karaginan telah terbukti memblokir HIV dan penyakit menular seksual lainnya secara in vitro. Penelitian tentang rumput laut masih terus dikembangkan baik sebagai nutraceutical maupun terkait bioaktivitasnya.
Referensi
Fedorov, S. N., Ermakova, S. P., Zvyagintseva, T. N., & Stonik, V. A. (2013). Anticancer and cancer preventive properties of marine polysaccharides: Some results and prospects. Marine Drugs, 11(12), 4876–4901. https://doi.org/10.3390/md11124876
Kadi, A. (2005). Beberapa catatan kehadiran marga Sargassum di perairan Indonesia. Oseana,30(4), 19–29.
Luthuli, S., Wu, S., Cheng, Y., Zheng, X., Wu, M., & Tong, H. (2019). marine drugs Therapeutic E ff ects of Fucoidan : A Review on.
Pratiwi, RS., Mengenal Manfaat di Balik Kebiasaan Makan Rumput Laut, https://lifestyle.kompas.com/read/2020/10/14/060000320/mengenal-manfaat-di-balik-kebiasaan-makan-rumput-laut?page=all. Diakses tanggal 22 Agustus 2021.
Wang, Y., Xing, M., Cao, Q., Ji, A., Liang, H., & Song, S. (2019). Biological activities of fucoidan and the factors mediating its therapeutic effects: A review of recent studies. Marine Drugs, 17(3), 15–17. https://doi.org/10.3390/md17030183