Gula, Garam dan Antigen
Dr. Ch. Destri, M.Imun (Scholar)
Dosen Fakultas Imu Kesehatan UMAHA Sidoarjo
Mengutip permainan kata di salah satu media sosial, “ tambahkan sedikit cinta dan kurangi benci, terkadang garam terasa lebih manis daripada gula “, so sweet. Tanpa mengetahui apakah maksud dan tujuan penulisan kata tersebut oleh penulisnya, untaian kata tersebut memberikan pengertian tersendiri bagi saya. Gula dengan karakter legi memberikan pengertian tentang sesuatu yang manis, sedangkan garam atau uyah dalam bahasa jawa adalah sesuatu dengan citarasa asin.
Tentang gula dan garam
Pola konsumsi manusia di jaman modern ini mempunyai obsesi sangat besar terhadap rasa manis dan asin. Produk makanan seperti minuman bersoda dan makanan bercitarasa asin, gurih dan berlemak seperti produk olahan keju seolah telah menjadi bagian di jam-jam makan sebagian besar individu milenial. Penelitian di Amerika tahun 2013 menunjukkan data bahwa rata-rata konsumsi harian satu orang terhadap produk keju dapat mencapai 15 kg/tahun sedangkan konsumsi gula mencapai 32 kg/ tahun. Bagaimana di Indonesia ?, di tahun 2014 berdasarkan analisis data Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) 29,7% penduduk Indonesia atau setara dengan 77 juta jiwa mempunyai pola konsumsi gula dan garam melebihi anjuran kesehatan WHO yaitu masing masing >50 g/hari dan >5g/hari. Gula dan garam sekilas mempunyai kemiripan di dalam tekstur walaupun secara kimia kedua senyawa ini mempunyai struktur yang berbeda. Gula mempunyai komposisi karbon, oksigen dan hidrogen yang diikat dengan ikatan kovalen, sedangkan garam terbentuk dari natrium dan klorida yang terikat secara ionik.
Tentang antigen
Bagaimanakah dengan antigen?, apa kaitan dengan gula dan garam?. Antigen memberikan pengertian berbagai substansi yang mampu membangunkan sistim imun tubuh untuk memproduksi antibodi. Apa saja bisa dikatakan sebagai antigen?, antigen antara lain dapat berupa bakteri, virus, bahan-bahan kimia, toksin dan polen. Selain itu protein yang diproduksi oleh sel tubuh secara normal pada keadaan abnormal dapat menjadi antigen-self. Sistim imunitas tubuh manusia terbangun dengan baik apabila kemampuan pengenalan terhadap antigen terjadi dengan teliti. Perlindungan terhadap tubuh karena sempurnanya sistim imunitas bekerja akan mampu melawan infeksi dan penyakit. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kemampuan proses sistim imunitas yang sangat kompleks, dan makanan kembali menjadi kontribusi penting apakah sistim imunitas semakin kuat atau justru sebaliknya.
Mekanisme metabolik sederhana
Pada dasarnya hampir semua bentuk makanan mengandung gula. Gula dalam makanan harian dapat berupa sukrosa, glukosa dan fruktosa. Sukrosa yang dikenal sebagai ‘gula meja’ atau gula yang umum didapatkan dipasaran mempunyai komposisi glukosa dan fruktosa. Glukosa adalah gula sederhana yang berperan penting di dalam tubuh sedangkan fruktosa adalah gula non esensial yang ditemukan alami seperti didalam buah.
Ketika seseorang makan makanan mengandung karbohidrat maka sistim pencernaan akan melakukan penghancuran terhadap komponen tersebut menjadi bentuk molekul glukosa yang dengan mudah masuk ke dalam sirkulasi darah. Peningkatan gula di dalam darah selanjutnya merangsang produksi hormon insulin yang akan membantu sel menyerap gula sebagai bahan bakar energi sel sehingga terjadi penurunan kadar gula darah. Apa yang terjadi apabila kadar gula darah tidak dapat kembali seimbang?, terjadilah hiperglikemia. Penghambatan produksi nitric oxide (NO) akibat konsumsi gula berlebih menyebabkan penurunan kemampuan vasodilatasi pembuluh darah. Selain itu hiperglikemia secara signifikan dapat meningkatkan konsentrasi free-calcium sitosol pada sel otot polos pembuluh darah menyebabkan vasokontriksi. Kedua alasan diatas dapat meningkatkan resiko terjadinya peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
Makanan bercitarasa pedas asin adalah ciri khas masakan harian masyarakat Jawa Timur. Berbagai jenis masakan dari ayam lodho, kupang, hingga tahu campur yang ditambah dengan penggunaan petis Madura menambah citarasa asin semakin kuat. Batas konsumsi garam per hari di Indonesia sesuai Permenkes No.30 tahun 2013 adalah 5 g/hari atau setara 1 sendok teh. Penggunaan garam sangat umum ditambahkan dalam makanan guna memperbaiki rasa karena sejumput kecil garam dapat mengurangi rasa pahit dan meningkatkan rasa manis, asam dan gurih.
Komposisi mineral garam yaitu 40% Natrium berperan untuk mengoptimalkan fungsi otot dan otak sedangkan 60% Chlorida berperan serta bersama untuk menyeimbangkan kecukupan air dan mineral di dalam tubuh. Meskipun garam memiliki fungsi yang penting, konsumsi berlebihan dapat menyebabkan pengaruh tidak sehat baik temporal maupun permanen. Berhubungan dengan kemampuan ginjal dalam memfilter darah, konsumsi garam berlebih menyebabkan ginjal lebih keras bekerja dan memicu terjadinya peningkatan tekanan darah. Selain dari itu, apabila konsumsi garam tetap tidak terkontrol maka pengerasan dan penyempitan pembuluh darah dapat menyebabkan penurunan aliran darah dan oksigen menyebabkan jantung harus memompa lebih keras dan terjadi hipertensi berlanjut.
Reaksi imunitas
Baik gula dan garam dengan kebaikan dan keburukannya mempunyai peran penting dalam pertahanan sistim imunitas manusia. Berlebihnya konsumsi gula mampu mempengaruhi sistim kerja imunitas berupa penurunan reaktifitas sel darah putih sebesar 40%, selain itu molekul gula mampu menggantikan posisi vitamin C di sel tersebut. Demikian pula dengan konsumsi garam berlebih, dalam jurnal penelitian tahun 2016 menyatakan peningkatan kadar garam di dalam darah dapat menyebabkan hiper aktifitas sel limposit T sehingga memicu penyerangan terhadap sel-sel tubuh yang sehat akibat produksi sitokin oleh sel.
Wisely consumption
Jadi, manakah yang lebih berbahaya gula atau garamkah ?, terlebih kedua bahan ini sama-sama mempunyai potensi menyebabkan hipertensi apabila konsumsi berlebih ?. Beberapa jurnal penelitian menyatakan bahwa gula ternyata lebih berperan besar dalam menyebabkan peningkatan tekanan darah. Namun masyarakat sebagian besar masih menganggap bahwa konsumsi garam berlebih mempunyai hubungan lebih erat dengan terjadinya hipertensi dibandingkan gula.
Gula dan garam adalah hadiah alam bagi manusia. Pembatasan asupan akan lebih memberikan pertahanan tubuh lebih baik karena sistim imunitas berjalan normal dibandingkan konsumsi berlebihan dan menempatkan kedua senyawa ini sebagai antigen yang memicu aktifitas sistim imunitas kearah tidak normal. Bagaimanakah caranya ?, mungkin dengan lebih mempersiapkan makanan yang akan disajikan. Selalu akan ada gula dan garam di sekeliling kita namun pada akhirnya kita yang akan memutuskan mana yang kita pilih mana yang kita makan, karena kita adalah apa yang kita makan. Selamat menjadi bijak dalam menikmati anugerah alam.
Salam Sehat,
Referensi
- Destiani, D. (2018). Kata-kata Bijak. Retrieved from Jagokata: jagokata.com
- Solahuddin, G. (2020, November 11). Grid Health. Retrieved from 3 dari 10 Penduduk Indonesia Mengonsumsi Gula Garam dan Lemak Berlebih Setiap Hari, Jakarta Separuhnya: health.grid.id/read/352422022/3-dari-10-penduduk-indonesia-mengonsumsi-gula-garam
- Prelipcean, M. (2019, May 28). The link between diabetes and hypertension. Retrieved from Medical News Today: medicalnewstoday.com
- Sifferlin, A. (2013, March 1). Our obsession with sugar, salt and fat. Retrieved from CNN Health: edition.cnn.com
- Sapto, I. (2020, Agustus 24). Berapa Batas Konsumsi Garam per Hari Untuk Cegah Hipertensi. Retrieved from Parapuan: health.kompas.com
- Villazon, L. (2021). Why does salt enhance flavour. Retrieved from Science Focus: www.sciencefocus.com
- Petre, A. (2020, July 9). What Happens If You Eat Too Much Salt ?Retrieved from Healthline: www.Healthline.com
- Health, H. (2020, December 20). How Salt Can Impact Your Blood Pressure, Heart and Kidneys. Retrieved from Health Essential: health.clevelandclinic.org
- Ullah, H., Akhtar, M., Hussain, F., & Imran, M. (2016). Effect of Sugar, Salt and Distilled Water on White Blood Cells and Platelet Counts. Journal of Tumor, 4(1).
- Knox, J. (2021, July 20). Sugar Intake Impacts Blood Pressure. Retrieved from Verywell Health: www.verywellhealth.com
- Nutrition. (2021). Carbohydrates and Blood Sugar. Retrieved from Harvard T.H. Chan: hsph.harvard.edu