Surabaya – Lazimnya, bahasa isyarat digunakan sebagai media komunikasi bagi para penyandang tuna rungu atau tuna wicara. Namun selain itu, bahasa isyarat juga memiliki fungsi lain yang bermanfaat untuk perkembangan anak. Bahasa isyarat dapat membantu komunikasi antar 2 pihak yang tidak bisa dilakukan melalui kata-kata yang terucap.
Hal ini tidak terbatas pada tuna rungu atau tuna wicara, melainkan bisa juga digunakan untuk anak dengan kemampuan mendengar dan berbicara yang normal. Seperti yang terlihat pada sosialisasi bahasa isyarat yang dilakukan oleh mahasiswa KKN kelompok 8 Universitas Maarif Hasyim Latif (UMAHA) Sidoarjo di SDN 2 Kalimati Kecamatan Tarik Kabupaten Sidoarjo beberapa hari yang lalu.
Tim yang berjumlah 10 mahasiswa tersebut digawangi oleh Andriyanto Ramadhan dari prodi Teknik Industri memberikan edukasi sekaligus mengajarkan pada siswa siswi kelas 5 dan 6 bagaimana cara berinteraksi kepada orang penyandang disabilitas tuna wicara atau tuna rungu.
Nampak, tawa riang para siswa siswi langsung muncul ketika tangan dari mahasiswa KKN UMAHA memberi isyarat dengan jempol yang menyilang dengan telunjuk.
Andri langsung bertanya apa arti isyarat tersebut? “Artinya apa, adik adik?” sontak mereka menjawab sarangheo (aku cinta kamu, bahasa Korea) dengan gelegar tawa riang bersama sama.
Para mahasiswa tersebut mengajarkan bahasa isyarat kepada siswa-siswi dengan menggunakan media Lagu. Para mahasiswa memanfaatkan lagu “Fuzz the Cat” nya The Bandells untuk mengajarkan isyarat dasar dalam bahasa isyarat Indonesia (BISINDO) kepada para siswa.
Dengan menggunakan gerakan tangan yang sesuai dengan lirik lagu, para siswa belajar mengenal kata-kata dalam bahasa isyarat dengan cara yang menyenangkan dan interaktif.
Pada sesi praktik menggunakan bahasa isyarat tampak semua bersemangat. Secara bergantian setiap siswa mencoba berkomunikasi dan memperkenalkan diri dengan menggunakan bahasa isyarat seperti yang sudah diajarkan oleh tim KKN UMAHA.
Dosen Pendamping Lapangan (DPL) Nur Qoilun SH., MH. yang akrab disapa bu iir menjelaskan pentingnya mengajarkan anak anak normal bahasa isyarat.
“Sosialisasi bahasa isyarat ini sengaja kami ajarkan kepada anak anak normal, mengapa? karena dengan begitu bisa menumbuhkan rasa empati pada teman sebayanya yang merupakan penyandang disabilitas, dan saya ingin tidak ada bullying lagi terhadap anak anak berkebutuhan khusus di tengah tengah masyarakat,” harapnya.
Rizki Alamsyah salah satu mahasiswa dari tim tersebut mengaku hal ini adalah pengalaman baru yang sangat berharga.
“Kami tidak hanya sekedar mengajarkan bahasa isyarat kepada adik adik disini, namun juga memberikan pelatihan secara langsung bagaimana berkomunikasi dengan para tuna rungu dan tuna wicara, mulai dari pengenalan huruf dan angka hingga kata sapaan,” ungkapnya.
“Dengan adanya acara ini sangat bermanfaat khususnya para mahasiswa mungkin nantinya dapat menjadi penerjemah untuk para disabilitas pada sesi pertemuan atau konferensi lainnya,” pungkas Rizki.
Kegiatan ini diakhiri dengan penampilan bersama antara mahasiswa dan siswa-siswi, menampilkan lagu “Fuzz the Cat” dengan gerakan bahasa isyarat yang sudah mereka pelajari.
UMAHA tidak hanya mencetak para Jawara, namun juga memiliki jiwa sosial yang tinggi. Salam Akselerasi.