Modifikasi Mesin Diesel: Kurangi Beban Operasional Pengairan Sawah Desa Kemuning, Sidoarjo

Desa Kemuning, Sidoarjo, kini menjadi sorotan berkat inovasi terbaru dalam pengairan sawah yang dilakukan oleh para petani lokal. Menghadapi tantangan biaya operasional yang terus meningkat, para petani di Desa Kemuning telah berinovasi dengan mengkonversi mesin diesel tradisional menjadi mesin yang dapat menggunakan LPG 3kg sebagai bahan bakar alternatif. Langkah ini tidak hanya menekan biaya pengeluaran, tetapi juga merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak yang harganya cenderung tidak stabil mengingat kondisi inflasi dunia yang selalu meningkat.
            Inovasi ini berawal dari kebutuhan mendesak untuk mencari solusi pengairan yang lebih efisien dan hemat biaya. Para petani menyadari bahwa mesin diesel yang selama ini digunakan cukup boros dalam penggunaan bahan bakar. Dengan bantuan teknisi lokal, mereka berhasil melakukan modifikasi pada mesin diesel sehingga dapat beroperasi menggunakan LPG, yang relatif lebih murah dan terjangkau dari segi biaya, serta mudah didapat.
  Hal tersebut cukup menyita perhatian Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo (UMAHA), yang menjalani KKN di Desa Kemuning tepatnya pada Dusun Kemuning dan Suko, dengan Dosen Pembimbing Lapangan Ibu Ir. Asri Dwi Puspita, S.ST., M.T. Dari hasil wawancara Mahasiswa dengan petani setempat, inisiasi penerapan pompa yang termodifikasi dengan menggunakan bahan bakar LPG ini, terealisasi dengan bantuan Pemkab Sidoarjo yang telah menampung aspirasi para petani di Kecamatan Tarik Sidoarjo dan selanjutnya memberikan subsidi mesin pompa air tersebut ke seluruh kelompok tani (GAPOKTAN) Kecamatan Tarik Sidoarjo.
            Keuntungan dari inovasi ini cukup signifikan. Pertama, penggunaan LPG sebagai bahan bakar terbukti mengurangi biaya operasional hingga 30-40% dibandingkan dengan diesel. Selain itu, LPG dianggap lebih ramah lingkungan karena emisi yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan bahan bakar diesel. Dalam jangka panjang, ini dapat berkontribusi pada pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan, khususnya dalam hal pencemaran udara.
  Namun, penerapan teknologi ini juga menghadapi sejumlah tantangan. Dari sisi hukum, regulasi terkait penggunaan LPG untuk mesin diesel dalam sektor pertanian masih belum jelas. Para petani perlu memastikan bahwa mereka mematuhi aturan yang ada untuk menghindari potensi masalah hukum di masa depan. Dari sisi ekonomi, meskipun penggunaan LPG lebih murah, biaya awal untuk modifikasi mesin cukup besar, yang bisa menjadi hambatan bagi petani kecil.
            Secara teknis, modifikasi ini juga memerlukan keahlian khusus dan perawatan yang cermat. Penggunaan LPG pada mesin yang awalnya dirancang untuk diesel membutuhkan penyesuaian agar tidak mengurangi performa dan daya tahan mesin. Oleh karena itu, diperlukan pelatihan dan dukungan teknis yang memadai untuk memastikan bahwa mesin-mesin ini dapat beroperasi secara optimal.
Inovasi ini menunjukkan bahwa dengan kreativitas dan kolaborasi, para petani di Desa Kemuning dapat menemukan solusi inovatif untuk menghadapi tantangan ekonomi dan lingkungan yang mereka hadapi. “Semenjak adanya diesel pompa dengan LPG ini, biaya operasional pengairan sawah menjadi lebih murah”, tutur Pak Ari petani Desa Kemuning. Hal tersebut juga dirasakan oleh Pak Riyamin yang juga menerima manfaat dari inovasi tersebut. Model pengairan ini dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam mengadopsi teknologi yang lebih ramah lingkungan dan efisien, sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi petani.
Pada penggunaan bahan bakar LPG mesin diubah menjadi mesin pengapian percikan dengan mengganti pompa oli menjadi busi. beberapa modifikasi juga dilakukan terhadap mesin. seperti Kepala silinder mesin dimodifikasi dengan mengganti nosel dengan busi. Sebuah mixer gas telah dirancang dan dikembangkan untuk mencampur udara segar dengan gas.
Di sini, sebuah intake manifold digunakan untuk menyuntikkan campuran ke dalam mesin. Sinyal sudut engkol digunakan untuk mendeteksi sinyal kecepatan mesin. Sinyal ini digunakan untuk mengatur waktu pembakaran. Regulator gas digunakan untuk mengatur tekanan bahan bakar LPG sebelum disuntikkan ke mesin.
 Menurut para petani setempat, kinerja mesin yang dijalankan pada bahan bakar LPG sebanding dengan putaran mesin pada bahan bakar diesel. Namun, konsumsi bahan bakar spesifik dari mesin dengan bahan bakar LPG lebih efisien jika dibandingkan dengan mesin yang dijalankan dengan bahan bakar diesel. Keadaan ini menunjukkan bahwa mesin diesel yang awalnya dirancang untuk beroperasi dengan bahan bakar minyak diesel dapat dimodifikasi menjadi berbahan bakar LPG. Mesin yang dimodifikasi dapat dioperasikan dengan baik dan menghasilkan daya keluaran yang sebanding dengan mesin ketika dioperasikan dengan bahan bakar diesel murni.