Keseimbangan Imunitas Berhubungan dengan Pola Makan selama Pandemi
Dr. Ch. Destri, M.Imun (Scholar)
Dosen Fakultas Imu Kesehatan UMAHA Sidoarjo
Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) merupakan istilah yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan dapat mengendalikan laju peningkatan penyakit infeksi akibat virus baru keluarga Corona yang hingga saat ini telah mengalami pergantian ‘baju’ beberapa kali. Istilah pembatasan berasal dari kata batas yang menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti garis pemisah antar ruangan. Sebagaimana arti batas, demikian juga berlaku saat ini terjadi pemisahan hubungan sosial berskala kecil hingga nasional selain setiap individu harus menguasai aturan baru berupa protokol kesehatan 5M yang harus benar dihafal di luar kepala demi kebaikan diri dan kebaikan orang lain. Pembatasan pergerakan seakan kontradiksi dengan kodrat manusia yang merupakan makhluk sosial. Pada awal pembatasan memang belum begitu terasa pengaruhnya, namun setelah berlangsung berbulan-bulan dan kita mulai sering sendiri, maka terasa sedikit ada yang hilang karena kerabat, sahabat, dan teman yang sering berada di sekitar tidak lagi dapat menjadi pantulan diri kita.
Fenomena masyarakat
Kegiatan secara nyata terjadi antar ruang tamu, ruang makan, ruang tidur, meja belajar dan dapur sedangkan kegiatan tidak nyata terjadi secara virtual melingkupi rekan kerja, keluarga, teman dan berujung paling lama di media sosial. Selama komunikasi virtual seringkali dijumpai perbincangan yang membahas tentang naiknya berat badan selama proses pembatasan berjalan. Menghabiskan waktu di rumah dalam jangka waktu lama dan bagaimana aktivitas sosial yang rutin kita lakukan tidak lagi dapat dikerjakan menyebabkan perubahan tersendiri bagi setiap individu.
Pengaruh kegiatan berbatas
Studi terhadap pembatasan menunjukkan adanya peningkatan kecemasan dan depresi yang pada akhirnya paling mudah dikompensasi melalui jalur makanan. Kebiasaan tidak sehat berupa makan berlebihan dan peningkatan pola makan pada waktu malam selama waktu pembatasan menyebabkan penambahan berat badan yang kadangkala tidak disadari, terabaikan dan mungkin malah tidak dipedulikan. Data internal Gojek mencatat kerjasama yang mengalami peningkatan terutama dengan UMKM kuliner sebesar 96%. Selain itu, salah satu lembaga demografi dari fakultas ekonomi dan bisnis UI menyampaikan laporan bahwa 98% responden mitra kerja merasa puas dan diuntungkan dengan pelayanan Go-Food. Ah, ternyata pembatasan sosial juga membawa ‘keberkahan’ tersendiri. Berbagai macam menu yang tersedia di berbagai aplikasi gawai membawa kita pada perjalanan kuliner yang didapatkan dengan mudah dengan hanya sekali ‘klik’.
Imunitas tubuh saat terjadi perubahan pola makan
Sistem imunitas adalah sekumpulan sel yang bergerak meronda di seluruh bagian tubuh untuk melawan mikroba penyebab infeksi dan kerusakan sel. Apabila salah satu bagian tubuh tertentu mengalami suatu keadaan ‘tidak seperti biasanya’ maka analog dengan SOS panggilan darurat, akan berdatangan sel imunitas lain yang segera melahap mikroba penyebab sakit atau malah akan menghancurkan sel tubuh yang rusak demi ‘kebaikan bersama’. Keadaan ini membawa pengaruh yang kita kenal dengan istilah peradangan di area berdampak tersebut. Apakah proses peradangan berbahaya ? Pada dasarnya peradangan adalah suatu proses tubuh yang bertujuan baik yaitu mengembalikan lagi ke keadaan awal atau minimal mampu menyeimbangkan keadaan tubuh menuju arah sembuh. Namun, apabila peradangan terjadi terlalu lama, hal ini yang tidak boleh. Perubahan pola makan yang mengarah pada peningkatan berat badan selanjutnya menuju kegemukan menjadi kriteria potensi terjadinya peradangan. Kok bisa ?, bisa, karena makan berlebihan dapat melemahkan kemampuan sistem imunitas untuk melawan infeksi.
Dampak kenaikan berat badan terhadap organ tubuh
Organ otak
Preliminari riset pada mencit menunjukkan adanya peradangan pada salah satu area otak akibat perubahan pola makan terutama makanan tinggi lemak. Otak merupakan bagian penting yang dapat memberikan kontribusi tentang jenis makanan yang kita inginkan, berapa banyak porsi makanan dan waktu-waktu kapan kita merasa ingin makan. Makan atau ngemil berlebihan dapat terjadi karena rasanya yang enak, kebiasaan atau akibat stress. Daya hantar otak untuk memberikan info bahwa tubuh telah kenyang memerlukan waktu 20 menit dan makan berlebihan terjadi di atas waktu tersebut. Sel imunitas pada otak yang disebut mikroglia ternyata berperan penting dalam mempengaruhi berat badan. Selain itu, makan berlebihan juga menghambat produksi uroguanylin, hormon yang membantu meningkatkan signal rasa kenyang pada otak.
Jaringan lemak
Keadaan tubuh berlebih berat badan cenderung mempunyai kelebihan lemak tubuh dimana sel lemak mampu memproduksi protein yang berhubungan dengan molekul radang seperti TNF-a, IL-6, IL-1B, IL-18, MCP-1 atau senyawa leptin dan hormon adiponektin yang mampu memodulasi fungsi imunitas secara keseluruhan (Jacqueline Jacques, 2020)
Organ pencernaan
Kelebihan berat badan menjadi hasil dari makan berlebihan yang terjadi berulang kali dan terabaikan.Lambung akan terpaksa membesar untuk menyesuaikan jumlah makanan dan keadaan ini dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh tubuh akan terasa lebih mudah Lelah dan lamban. Kelebihan kalori akibat makan berlebih selanjutnya akan disimpan sebagai lemak.
Selain mempengaruhi organ tubuh, perubahan peningkatan pola makan dalam waktu lama berpotensi menyebabkan gangguan konversi gula darah yang dapat memicu timbulnya Diabetes mellitustipe 2 dan penyakit jantung.
Rekonsiliasi diri
Sekali tubuh memiliki kelebihan berat badan maka terasa akan sulit untuk menghilangkan berat tersebut dalam waktu singkat, pemahaman tentang makan sedikit dan perbanyak gerak akan mampu menurunkan berat badan tidak sepenuhnya dapat berjalan sesuai harapan. Menanggapi hal ini, usaha sistem imun dalam mencapai keseimbangan selalu dikerjakan secara otomatis karena pada dasarnya tugas utama sistem imun adalah mengembalikan tubuh kembali ke keadaan sehat. Bagaimana caranya ?, beberapa diantaranya dengan mengaktifkan sel limposit T yang akan memberi pesan off terhadap pengaturan ke arah peningkatan berat badan. Sel ini juga membantu penghancuran sel lemak menjadi protein lebih kecil yang disebut fibroblast growth factor-21(FGF-21) sehingga memicu perbaikan pemecahan lemak menjadi lemak ‘baik’ melalui pemakaian sejumlah kalori dan mengarahkan pada penurunan berat badan (O’Shea, 2016). Selain itu, sel imunitas lain yaitu makrofag di dalam jaringan lemak akan bekerja untuk mempertahankan berat badan melalui resistin like molecule alpha(RELM-a) suatu molekul yang disekresikan oleh makrofag yang berperan sebagai penyeimbang energi dan kontrol berat badan (Iwasaki, 2016).
Pandemi yang kita tidak tahu berakhir kapan harus tetap memberikan semangat untuk sehat karena anugerah luar biasa dari Sang Pencipta Kehidupan berupa sel imunitas telah ditetapkan untuk bekerja demi kebaikan tubuh ‘tuan’nya. Kewajiban kita untuk membantu kerja sistem imunitas juga untuk tetap sehat.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.
Salam Sehat
Referensi
O’Shea, D. (2016, September 2). Immune system play major role in regulation of body weight. Medical Xpress.
Iwasaki, A. (2016, August 24). The immune system-body weight connection. Medical Xpress.
Jacques, J. (2020, June 15). Stress and Weight Gain. Retrieved from Take 5 Daily: www.Thorne.com