TRIBUNJATIM.COM, JOMBANG – Mayoritas masyarakat Dusun Dampak, Kecamatan Wonosalam, Jombang, bekerja sebagai petani, terutama kopi. Namun, selain bertani, masyarakat juga berwirausaha.
Salah satunya adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) keripik pisang milik Sukarsih, warga Dusun Dampak, Wonosalam.
Usaha ini dirintis sejak tahun 2010, dengan dibantu anak dan saudaranya untuk mengelola usaha tersebut.
Dalam pembutaan keripik pisang, Sukarsih masih menggunakan cara tradisional. Dia mengiris satu per satu pisang yang akan dibuat menjadi keripik.
Keripik pisang milik Sukarsih memiliki rasa yang gurih dan renyah.
Saat pandemi Covid-19 melanda, usaha keripik pisang Sukarsih sempat terguncang.
Meski begitu, Sukarsih tidah berhenti memproduksi keripik pisang buatannya, sekalipun harus mengurangi jumlah produksi.
Melihat kegigihan dan semangat Sukarsih, kelompok Panglungan 3 yang merupakan mahasiswa KKN dari Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo, memberikan satu mesin perajang pisang multifungsi.
Mesin perajang multifungsi keripik pisang ini menggunakan bahan metrial Polietilena atau disingkat PE, yakni termoplastik yang digunakan secara luas oleh konsumen produk sebagai kantong plastik. Polietilana adalah polimer yang terdiri dari rantai panjang monomer etilena.
Mesin tersebut dibuat oleh mahasiswa Teknik Industri, Budi Utomo, dan sejumlah mahasiswa lain, agar UKM keripik pisang Sukarsih bisa menghasilkan hasil yang terbaik.
Mesin ini menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dan mempercepat pekerjaan pembuatan keripik pisang. Jika manual, untuk 1 kg pisang, bisa menghabisakan waktu 2 jam, namun dengan mesin ini, 1 kg pisang hanya membutuhkan waktu 7 detik saja.
“Mesin bisa menghemat waktu saat pengirisan pisang,” ujar Sukarsih, Minggu (25/9/2022).
Ketebalannya pun menjadi merata 2 mm, tidak terlalu tebal, agar rasanya tetap renyah setelah digoreng. Untuk penggorengan, keripik pisang tetap menggunakan tenaga manusia.
Meski begitu, jika sebelumnya Sukarsih bisa memproduksi 100 bungkus keripik pisang, kini bisa dua kali lipat.
Awalnya, keripik pisang yang dibuat Sukarsih belum mempunyai merek. Kini keripik produksi Sukarsih memiliki merek Matahari Terbit. Nama itu dipilih karena menunjukkan semangat Sukarsih yang tetap menggelora seperti matahari terbit.
Setelah menggunakan mesin untuk produksi Keripik Pisang Matahari Terbit, Sukarsih mendapat omzet dua kali lipat. Jika sebelumnya 3.000.000, kini menjadi 6.000.000 per bulan.