Etika Bersosial Media (Berantem Online)

Etika Bersosial Media (Berantem Online)

Oleh Renny Nirawanasari, S.Psi., M.Psi. (Scholar)

Dosen Prodi Desain Komunikasi Visual UMAHA Sidoarjo

 

Judul ini menggelitik, tetapi kita sering berada di dalam lingkaran tersebut. Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dan lainnya. Dengan adanya sosial media atau sering disebut medsos, kini kita dapat berkomunikasi virtual baik lewat surel maupun video call. Kita bisa berkoordinasi kerja melakukan pembelajaran, bisnis, ataupun bergosip ria. Yang tadinya bercanda bisa menjadi serius jika ada yang lagi sensitif, atau hal yang serius malah dijadikan bercandaan. Namun, bahayanya sosial media bisa juga dijadikan alat menjatuhkan seseorang atau menguntit mencari kelemahannya, melakukan penipuan, pengancaman. Pembullyan, penyadapan, pelecehan hal ini dapat disebut juga Cyberbullyingatau Cyber crime, dan pelakunya dapat dituntut secara hukum. Sehingga sosial media bagaikan pisau bermata dua dapat menjadi positif jika kita gunakan hal yang bermanfaat, namun bisa juga sebaliknya jika kita gunakan hal yang negatif.

Pagi itu topik tersebut akan dibahas melalui zoom sekelas webinar yang diikuti internal dosen dan staff, tentu saja menjadi buah bibir segala prasangka juga menyenggol sana dan sini… wait, kita harus positif bukan berantemnya yang mejadi fokus diskusi nantinya tapi hal positif yang dapat mengubah prilaku kita dalam bersosialisasi di media sosial.

Saya jadi teringat teman saya beliau seorang dosen yang aktif menjadi youtuber, namanya Bu Karlin, selain itu saya juga mengajak diskusi Pak Anshori seorang Dosen UMAHA yang sangat berhati hati dalam menggunakan media sosialnya atau bisa dibilang tidak aktif komen di group, dan satu lagi Pak Setiawan sangat aktif di group bahkan memiliki group yang banyak karena beliau ekstrovert.

Oh ya, topik tersebut merupakan arahan dan usulan Bapak Fathoni Rodli Selaku Rektor UMAHA, sebagai pembuka acara sekaligus Keynote Speakermemberikan wejangan dan juga nasihat yang baik dalam perilaku bersosial media. Beliau juga mengingatkan bahwa apa yang pernah kita upload baik berupa tulisan, gambar, video dan sebagainya, bisa direfreshatau ditampilkan lagi walaupun sudah lama atau dianggap hilang, banyak aplikasi yang dapat melacak apa yang telah kita hapus sebelumnya. Nah ini menjadi peringatan bahwa semua perlu waspada.

Masuk pada materi webinar yang dibuat seperti podcast dan berdiskusi santai melalui zoom. Hingga arahan topik sedikit meluas, dari pak anshori yang mengatakan bahwa kita perlu berhati-hati dalam mengunggah apapun karena dapat terjerat Undang-undang ITE ancamannya denda dan penjara sehingga jika tidak perlu sebaiknya membatasi komentar dan hendaknya lebih teliti dalam mengunggah sebuah berita apalagi di group – group resmi, lebih baik japri atau bertemu langsung jika ingin menegur atau mengingatkan agar tidak salah paham. Pak setiawan juga menambahkan bahwa sebaiknya jika kita perlu bersosialisasi maka kita harus dapat menempatkan diri dimana kita bisa berkomentar, semisal group resmi tentu berbeda dengan group reuni, dan dalam group harus ada admin yang saling asih dan saling asuh agar anggota group dapat nyaman dan mengaktualisasi diri dengan baik.

Bu Karlin turut menambah wawasan tentang bagaimana tampilan diri kita sebagai seorang dosen atau pendidik karena ketika kita mengakses Internet apapun yang kita cari akan terrecord dan google akan selalu mencarikan informasi yang serupa, bayangkan apa yang terjadi jika kita mencari hal yang kurang baik. Tak hanya itu Bu karlin juga mengingatkan kita agar kita selalu menampilkan hal yang baik atau memposting di media sosial minimal di status WA, sehingga yang membuka tentang profil kita akan menambah wawasan atau mendapat ilmu yang baik.

Satu lagi tambahan dari Pak Zamroni beliau seorang pakar hukum di UMAHA yang mengingatkan kata Etika yang beliau kutip dari wikipedia yaitu sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Sehingga kata etika akan bermakna tentang prilaku yang benar dan bertanggung jawab dalam menggunakan sosial media. Sehingga diharapkan jika berperilaku tidak baik di medsos maka pasti ada sangsi di balik perbuatan itu.

Acara ini sangat menarik bagi semua peserta, diskusi yang baik dan saling menasehati agar menjadi pribadi yang santun serta mampu menampilkan diri yang positif di media sosial. Wait… terus yang berantem siapa???…. Ahhh.. di UMAHA kita selalu saling mengingatkan dan menasehati karena ada pembina yang selalu peduli baik secara personal dan kelembagaan beliau adalah Pak Fathoni Rodli yang selalu up to datedengan masalah kekinian, saling asih dan asuh sehingga dalam organisasi selalu damai, bahkan beliau selalu punya hal yang seru, lucu dan menghibur, juga memberikan informasi yang akurat demi kemajuan bersama. (RN)