Sambutan Rektor UMAHA Sidoarjo selaku Ketua Umum ADRI Pusat dalam acara Workshop Paper Clinic Menembus Jurnal Internasional Terindeks Scopus di DPD ADRI Yogyakarta

Transkrip Sambutan Rektor UMAHA Sidoarjo, Dr. Achmad Fathoni Rodli, M.Pd. selaku Ketua Umum ADRI Pusat.

Dalam acara Workshop Paper Clinic Menembus Jurnal Internasional Terindeks Scopus
Di DPD ADRI Yogyakarta ( 23 Maret 2019 )

PENDAMPINGAN ARTIKEL TERINDEKS INTERNASIONAL

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Selamat pagi dan salam sejahtera untuk saudara-saudaraku, yang dari Papua saya kangen, juga dari Yogyakarta, saya sudah menikmati makanan khas Yogya, dari NTT, Sumatera Selatan (Palembang), Gorontalo. Gorontalo barusan , ADRI terakhir yang kami lantik, Provinsi yang ke-27 yang sudah kami lantik. Alhamdulillah sekarang agresif. Kepada Prof, Azhari, saya ucapkan terim kasih karena pada hari ini dengan telaten mendampingi kita, orangnya masih muda dan ganteng.

Saudara-saudara sekalian, sekarang ini ada tantangan baru buat kita yaitu bagaimana agar perguruan tingginya tidak bangkrut tidak senasib dengan Ojek, itu sudah hasil penelitian. Nanti tahun 2020 akan berbondong-bondong Perguruan Tinggi yang mempertahankan konvensionalnya, tradisinya yang model tatap muka, itu bangkrut, karena sudah ada 20, 10 dari Amerika dan 10 dari Inggris, mengapa ? yaitu seperti nasibnya ojek menjadi gojek. Oleh karena itu, perkenalkan saya Achmad Fathoni Rodli.

Apakah ADRI itu ? ADRI itu akan menyelamatkan Perguruan Tinggi yang akan bangkrut, mengapa? kalau kita mau ke Israel atau ke Taiwan atau kemana lagi yang kita tidak punya hubungan diplomasi, ADRI bisa masuk, mereka tidak bisa, kita ke Taiwan atas nama ADRI, tapi kalau dosen negeri yang belum menjadi anggota ADRI harus ijin dulu ke Setneg itu tidak bisa, itu antara lain, begitu pak, Alhamdulillah ADRI ini baru 3 tahun tapi kita sudah punya 26 jurnal Internasional.

Bapak, ibu sekalian, jurnal Internasional ADRI, ini semuanya sudah ada Internasional Jurnal ADRI, semua bidang studi atas usul bapak, ibu, semuanya sudah ber-ISSN. Siapa pengelolanya? dimana tempatnya? Ini pak, kita sekarang yang menyiapkan akreditasi itu. Rektor apa dekan atau dosen yang bisa mendapat skor terindeks, itu rektor, dekan, atau dosen, atau dosen yang dapat hibah?

Saya hari ini sebetulnya mencuri waktu karena hari ini saya salah satu penerima hibah LPDP. Ayo ! sekarang ini kita harus sadar, tanggap, bawa sendok, garpu sama piringnya, sudah ada dana pendidikan di LPDP, dan sekarang saya menjadi orang yang mendapat tugas mensosialisasikan lewat rektor, rektor memberi instruksi kepada dekan, dekan kepada dosen. Kalau sekolah takut sama kepala sekolah, kalau dosen ? anda tanggapi sendiri, kalau tidak tersentuh itu semangat dosen. Sementara internal Universitas itu sesama dosen berkumpul menjadi kompaK, rata-rata itu ada PKI ( Potensi Konflik Internal ). Saya dulu mantan gengnya, calon rektor ini yang menang rektor itu, akhirnya yang tidak menang dpinggirkan dan itu terjadi, maka sekarang saya sudah melakukaan pendekatan-pendekatan by struktural, pendekatan kami adalah jabatan fungsional dosen, jabatan profesi dosen. Jadi, kita ini tidak ada niat untuk menjadi tujuan utama menjadi rektor, yang ada, tujuan utamanya semua menjadi guru besar, semoga yang hadir ini segera menjadi guru besar. Amin…

Sebenarnya, saya professor sejak tahun 2000 tapi karena pekerjaan banyak. Saya ditarik KEMENRISTEK, jadi direktur SDM, ditarik ke DPR RI menjadi supervisor parlemen. 10 Undang-Undang yang saya bikin, yang paling monumental adalah nasib kita, coba siapa yang mengusulkan guru besar mendapat tunjangan kehormatan sebanyak sekian kali, tanya itu di anggaran, itu transkripnya, itu ketua umum ADRI, makanya saya setiap ada orang yang jadi guru besar, saya ucapkan : “terima kasih”, mereka bilang ; “apanya yang terima kasih, bapak juga yang menolong saya”. Sekarang siapa yang bermasalah guru besarnya ? laporkan ke ADRI, nanti kita selesaikan, itu rata-rata kurang komunikasi, kalau menurut saya, karena kita punya Prof Bunyamin Maftuh, Bapak Ali Ghufron itu pembina ADRI, langsung saja : “Tolong selesaikan ini ! “, dan nanti ADRI International Conferenceke-22 anda bikin pengumuman anggota ADRI yang sudah guru besar adalah blaa .. blaa … blaa, itu tradisi yang sudah kami susun, Jadi kalau bapak sekarang sudak Lektor Kepala, kejar dengan siklus ilmiyah, kita Tri Dharma Perguruan Tinggi. Apa sih siklus Tri Dharma Perguruan Tinggi itu ?

  1. Bikin proposal
  2. Bikin penelitian
  3. Bikin laporan penelitian
  4. Bikin abstraknya
  5. Bikin artikelnya
  6. Dikawal sesuai dengan jurnal

Karena jurnal punya tipe masing-masing terindeks kemana ? berbayar atau tidak berbayar, kalau berbayar ke Scopus kalau tidak berbayar ke DOAJ. Kalau Scopus ada 9 indikator, sedang DOAJ ada 46 indikator, perlu diingat bahwa Scopus itu lembaga yang pada awalnya memang untuk kedokteran, jadi kalau anda eksak itu lebih muda, tetapi jurnalnya kemana ? anda harus tahu watak jurnalnya karena Scopus itu tidak bukan mengindeks artikel-artikel yang ada di jurnal itu, Jadi, Scopus bukan mengindek artikel kita secara langsung tapi masih ada media yang namanya Jurnal International. Artikel kita ditempel di jurnal internasional, halaman Scopusnya mengindeks artikel-artikel berdasarkan jurnal internasional kita. Jadi termasuk apakah nanti pertimbangannya? Ini yang harus Proceding atau saya mau buatkan kepada jurnal, bisa dihitung secara matematika, sekiranya bapak sudah punya, yakin sudah ada kriteria-kriteria itu?

  1. Futuristis keilmuannya
  2. Manfaatnya tinggi
  3. Multi disiplin
  4. Plagiarisme hampir nol

Pelajari Bahasa Indonesia yang baik dan benar karena saya menginstruksikan kepada dosen- dosen, sudahkah menggunakan istilah Bahasa Jawa, istilah Papua, kasih garis miring supaya tidak terdeteksi oleh plagiarisme, ceknya itu yang bikin cekcok. Banyak teman-teman kita yang cekcok, tempat saya, prodi mesin salah gara-gara checkernya itu, selisihnya kan minimal 20 % dia itu 21 %, itu sudah diperingatkan sama BAN-PT, makanya saya instruksikan gunakan bahasa anda, pakai garis miring, yang dimaksud “ Ngono yo ngono tapi ojo ngono “. Jadi ini yang saya instruksikan ke seluruh anggota ADRI, Malaysia juga begitu akan menggunakan terminologi seperti itu. Jangan smart ! yang smart sudah banyak, kita sebaiknya seperti Nabi, yaitu “Fathonah”, Fathonah Bahasa Inggrisnya smart, tidak tahu itu yang nama checkernya itu, jadi apalah itu, kalau Wisdom itu benar. Bumi Papua yang belum terekspose, teman kita ada yang dari Papua, itu target kita, hari inipun saya deklarasikan ADRI Yogyakarta merupakan Centre of ExcellenceADRI untuk Indonesia, bidang publikasi di Malang. Jadi, kalau pelatihan-pelatihan apakah itu SINTA, SISTER, sekarang kita punya saudara yaa, Kita punya Sinta, Sister, nanti Arjuna, itu kan orang Yogya semua pejabatnya ada di UGM semua. Bapak Ali Ghufron, pembina juga, itu direktur Pasca Sarjana, direktur penjamin mutu LLDIKTI. Jadi, LDPT kita itu ke sana dan kita punya peluang kalau anggaran penelitian itu trilyunan. Kemarin saya diundang karena saya dapat, nggak banyak cuma 700 juta. Apa yang saya kerjakan, yaitu bikin game yang bisa mendeteksi radikalisme, jadi orang yang main game kemudian ketahuan, jadi itu multi disiplin. Saya teknologi pendidikan, ada psikologis, ada lagi yang ahli dari Islam moderat, nanti saya kirim contoh-contohnya, mulai laporan, proposalnya sampai gol, setuju yaa cuma 700 juta. Nah sekarang ini kalau anda mau, tanggal 1 April terakhir masih ada kesempatan 1 bagian itu cuma 500 juta, dari pada penelitian dosen pemula cuma 15 juta, ini cuma-cuma, memang ini cuma-cuma, mengapa begitu ? karena kita tahu dan komunikasi, bendahara umum ADRI adalah Direktur Riset Produktif Kemenristek Dikti, sehingga kita dikasih tahu, ini lho kalau mau lolos. Kalau anda tidak ada Wasilah, akses tidak bisa cash.

Tadi malam kami juga diperkenalkan dengan Founding, Racing Foundingdari Korea, dan Inggris, namanyaNewthon Founding, itu juga menunggu kita, uangnya itu ada, hanya persoalannya jika bapak, ibu hanya di sekitar kampus saja, tidak mengenal dosen-dosen yang lain, wassalam, karena sekitar jurusan saja, itu juga susah cari akses dan informasi dan multi disiplin, menemukan multi disiplin paling tidak 10 kali pertemuan. Pengalaman saya : “ anda mau kemana ? ayo ke kampus atau ke kantor”, kebetulan saya rektor, kalau yang undang rektor senangkan. “Kamu baru dari mana ? “ Oh ini pak, saya habis penelitian tentang radikalisme di Indonesia” , oh yaa bisa nggak kita buat ? Bidang kamu apa ? Psikologi pak, apa kira-kira terorisme itu orang gila atau karena pengaruh dari luar ? Bukan orang gila pak, itu pengaruh dari luar, orang dicuci otaknya, itu pakai Hipnotherapi pak . Oke.. yang satu lagi, saya punya IT pak , bagaimana kalau treatmentitu kita online-kan, bisa pak. Oke setuju, saya ahli gambar pak, yaa sudah sekarang ini sudah ada gamenya dan itu nanti kita share, seperti yang lain-lainnya, makanya saya bilang “cuma” karena setelah 3 tahun, besok saya akan jadikan RISPRO LPDP, ada 2 macam RISPRO LPDP :

Pertama, Implementatif, kebijakan, atau apa diimplementasikan, uji cobanya di Jakarta itu sudah 500 juta, bidang apa ? bidang apa saja, coba sekarang ini yang dari Fakultas Keguruan, itu semua sudah saya coba di prodi, itu yang di SMP yang online, coba di sana di Papua, 45 % penerimaan LPDP itu juga kita, karena kalau ke Papua mikir dulu, karena menghabiskan waktu 3 hari, maka saya buat yang namanya Fussion, apa itu Fussion ? live meeting, hal ini sedang jalan live meetingnya, ini live streamingnya sudah jalan. Bapak, ibu bisa buka di youtube, di ADRI Yogya saya sedang ngontrol. Ini seluruh dunia dan sudah saya kirim ke Indonesia, tolong diikuti, dibuka di ADRI Yogya, di situ saya sedang ngoceh (bicara). Tidak perlu datang ke Yogya sebetulnya bisa, tapi saya kan tidak ketemu sama bu Endang dan lain-lainnya.

Tadi saya bilang cuma 500 juta, karena ada yang di atasnya, berapa ? 2 milyar pak, oh yaa Papua nanti saya dampingi bertiga bikin proposal dalam waktu 1 minggu, biasanya maaf, yang ras mini itu yang dapat rejeki. Jadi yang 2 milyar itu adalah setelah kita implementatif, kita komersilkan, tapi ini adalah bagian dari kita, dan mengapa kita tidak bangkrut Perguruan Tingginya ? karena dosennya hebat. Kalau tidak hebat, sekarang ada 2 pak, Mainstreamdan Turbulence. Mainstreamberfikir ke masa depan atau yang akan datang, yang satunya, turbulencekelihatan sibuk mutar-mutar tapi hanya soal PKS (Potensi Khasud dan Syirik), temannya dapat tunjangan dia tidak dapat, lalu syirik, mengapa ikut ADRI, ada yang baca EDRI, ENDRI dan macam-macam, silahkan, biarkan nanti saya yang akan menjadikan satu di bawah kita, karena kita sudah punya ADRI, materi juga punya kita dan terus akan konsolidasi dengan ADRI, makanya beliau Bapak Menteri berkenan memberi sambutan, coba itu dibuka di Youtube, sambutan Bapak Menteri pada pelantikan ADRI di Gorontalo.

Bapak. Ibu sekalian, ini tadi Pak Paiman, saya sedang menyemangati teman-teman, karena kegiatan kita ini Endingnya adalah Plubikasi, tapi harus kita awali dengan membuat proposal, kalau bapak bisa lihat di Youtube saya tentang penghargaan dosen, dosen juga bisa, Scopus yang beri saya penghargaan 10 juta, dosen dan mahasiswa, karya mahasiswa yang didampingi dosen yang bisa masuk Scopus saya beri 5 juta. Sekarang siapa lagi bikin proposal, jadi atau tidak jadi, maksudnya diterima atau tidak diterima saya kasih 1 juta, asal kriterianya sesuai dengan pedoman penulisan proposal. Apa hasilnya ? Alhamdulillah sekarang setiap paket riset, pengabdian masyarakat, PKM dapat semua, karena dosennya semangat dapat 1 juta. Itu satu proposal kalau 10 proposal ya 10 juta. Untuk lembaga tidak ada masalah, karena saya yakin dapat 2 milyar dengan penelitian teman-teman itu, Alhamdulillah saya dapat 700 juta yang LPDP, pak apakah dipotong ? sudah.. ambil semua karena yang penting untuk saya adalah buat Akreditasi, itu motivasi saya dan itu SK Rektor. Coba lihat waktu wisuda, saya mengumumkan Peraturan UMAHA tentang Penghargaan Penelitian Ilmiah untuk dosen.

Tadi malam saya bilang sama Kemenristek dan LPDP, Kemenristek itu gagal faham, dianggap semua instruksinya kepada rektor itu gagal faham, karena apa ? itu sudah diinstruksikan ulang oleh rektor, kalau rektornya moodkalau tidak moodya dibiarkan saja, maksudnya apa ? berikan ke kami melalui ADRI, kami langsung instruksikan kepada dosen, makanya, Alhamdulillah, Pak. Paiman, yang sudah saya shareitu sekarang direktur-direkturnya itu kalau ada program-program, sharenya kemana ? ke ADRI kepada ketua umum ADRI ( Achmad Fathoni Rodli ) : Mohon, kami ada acara untuk mahasiswa tentang Financial Teknologi yang dapat 2 milyar itu, itu sudah saya terima dan sudah saya kasih ke beliaunya, yang penting multi kompleks, sistemik, nanti jangan bilang Sistemik, jangan bilang konfrehandship, nanti kena Plagiarisme, apa bahasanya ? “Kaffah” artinya menyeluruh, utuh, gunakan saja bahasa-bahasa lokal kita.

Jadi bapak. Ibu sekalian, siklus karya ilmiah kita ini seperti saya katakan tadi, Cek of Travelernya itu ada di ADRI, mulai bagaimana pendampingannya yang internasional. Berita yang terakhir adalah Jawa Tengah itu sudah gila ADRI-nya, apa ? sudah keluyuran terus mahasiswa dan dosennya, visiting professor, exchange of student, itu gratis, hanya tiket yang bayar. Untuk saya, dalam skenario bagi mahasiswa yang dapat beasiswa itu saya katakan : “ bagaimana kalau beasiswamu tidak saya berikan tapi untuk ke luar negeri ? “ siap pak, mereka senang, jadi kita tidak rugi. Itulah kiat-kiat yang memang harus kita berikan kepada pimpinan. Jadi Yogyakarta itu Center of Excelentyang diantaranya adalah bagaimana mengelola yang terbanyak 26 ADRI internasional jurnal, saya percayakan 26 jurnal internasional ini ke Yogyakarta yang mempunyai 5 kriteria, antara lain : Pertama : ada review internasional. Kita sudah punya cabang di Malaysia, cabang Philipina, cabang India, Cabang Taiwan, saat ini sedang jalan ke Philipina mahasiswa dan dosennya atas nama ADRI.

Kalau pemerintah sulitnya luar biasa itupun hanya 1 tahun sekali, kalau kita 1 bulan sekali, siapa yang berminat silahkan. Jadi kalau isu Word Class Centre, sekarang sudah tidak mencuat lagi toh karena yang mengisukan itu takut karena calon-calon museum Perguruan Tinggi besar-besar, gedung megah-megah sekarang ini calon Perguruan Tinggi Museum, yang ngomong siapa ? bukan saya tapi Bapak Menteri, jadi kalau kita tidak punya Internet Classsetiap dosen maka kita tidak akan jadi dosen juga, karena nanti dosen itu dituntut untuk punya Class Internet, dan Alhamdulillah Peraturan Menteri yang baru Nomor 59 tahun 2019 itu menyatakan bahwa ada 2 jenis. Kalau bapak punya nilai AIPT A nanti kita gabungkan karena direktur pembelajaran menunjuk saya sebagai “Hub” nya program-program yang mau pembelajaran online atau pembelajaran system E-Learning, kalau E-Learningitu syaratnya A prodinya, itu nanti untuk langsung transfer kredit. Di Indonesia siapa yang paling agresif? yang paling agresif adalah Universitas Bina Nusantara, mahasiswa-mahasiswanya banyak dari luar negeri, apa ada yang di ITB ?, ya .

Sampai ini saja yang E-Learning,Blended Learning. Kalau pembelajaran ada 3 jenis, satu : Blended Learning, dua : E-Learning, dan tiga : Open Learningatau terbuka; dan itu nanti termasuk untuk pemeringkatan. Wah ! sebel juga saya, kalau punya inovasi baru, pemerintah baru nanti ada lembaga baru, kaya sister, brother, itu brother mesin ketik manual jaman dulu yang sering saya pakai.

Bapak, ibu sekalian, di samping itu kita yang sudah punya yang namanya Proceding ADRI yang hasil International Conferencekita, semuanya ada di situ. Jadi bapak ibu bisa melihat Proceding kita dimana ? kita sudah ke 22 conference. Bapak, ibu sekalian, yang jadi masalah itu adalah kita ini kena Hacker. Untuk pendaftaran-pendaftaran kita punya OCS ADRI, jadi nanti kalau membuat Internasional Conference yang bisa terdeteksi SCOPUS dan sebagainya, jurnal kita ada di proceding kita, kita harus punya OCS (Open Conference System). Inilah yang menyelamatkan Perguruan Tinggi kita dari bangkrut, karena apa ? Saya dapat jurnal kemarin, artikel saya terindeks oleh Thomson Reuters, saya mengembangkan (sebagai Achmad Fathoni Rodli ) yang namanya Blending Artical University Base Ranking on Criteria of Indonesia.

Jadi membuat Universitas berdasarkan kriteria Pemerintah Indonesia, apa saja ? kita sudah lakukan itu pak, hanya bapak saja yang tidak merasa hebat, pertanyaan saya : “ bapak itu dosen, bapak merasa hebat tidak ?” Pak, saya kan guru bekerja dimana-mana dan terpaksa jadi dosen “, itu jawaban yang membuat saya sakit hati. Sehingga saya berjuang agar Undang-Undang Guru dan Dosen dapat mengangkat derajat dosen, bukan tempat pelarian tapi fokus pada jabatan profesi, karena tidak ada organisasi profesi maka kita buat yang namanya Profesi Dosen, nanti ada SERDOS (sertifikasi dosen), serdos sekarang ini masih Subkhat pak, antara halal dan haram karena yang menyelenggarakan serdos siapa ? lembaga pendidikan tinggi, kalau dokter siapa yang menyelenggarakan sertifikasi dokter ? IDI ( Ikatan Dokter Indonesia ), makanya saya juga ingin ADRI ini mempunyai kewenangan untuk membuat sertifikasi dosen, kalau boleh saya kasih saran, itu haram serdos itu, nah supaya tidak terlalu kasar saya katakan Subkhat, mengapa ? karena darurat, karena saya juga yang mengiyakan. Siapa yang berhak , karena sekarang ini organisasi profesi itu ada 4 (empat) syaratnya :

  1. ada latar belakang pendidikan dengan pekerjaannya sama
  2. ada organisasi profesinya
  3. ada kode etik profesinya
  4. ada apresiasi sehingga ada yang namanya tunjangan profesi.

Seluruh dunia heran, kok bisa Indonesia, uang negara digunakan bayar guru swasta dan dosen swasta ? Inilah Indonesia, bukan Indonesia yang gila tapi yang ngurusi yang gila, karena yang ngurusi ketua umum ADRI yang waktu itu gila, waktu itu sebagai ketua umum BMPS ( Badan Musyawarah Perguruan Swasta) dan waktu itu sebagai staf ahli Parlemen yang diberi kewenangan dan sekarang tinggal mempertahankan. Jadi, jabatan fungsional dosen itu yang dikejar oleh ADRI.

Organisasi itu ada 2 kategori : pertama, organisasi kesarjanaan, dan kedua, organisasi profesi. IDI, PII (Persatuan Insyinur Indonesia) itu organisasi profesi, ada yang namanya Ikatan Sarjana Pendidikan (ISP), dulu juga ada ADRI. Ketika datang ke Yogyakarta, yang mendeklarasikan yaitu para Pengurus Organisasi Kesarjanaan menjadi organisasi profesi dosen, waktu itu saya yang mewakili Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan, Prof. Thoho Cholik mewakili Ikatan Sarjana Olahraga Republik Indonesia (ISORI), Pak Partino wewakili Ikatan Sarjana BP, ada yang dari IAIN yang wewakili Ikatan Sarjana Ke-Islaman, bergabung dan deklarasi di Jakarta pada tanggal 30 Maret yang lalu menjadi Perkumpulan ADRI, nama ADRI dulu singkatan awalnya Asosiasi Dosen Rumpun Ilmu, supaya jurnal-jurnal itu ngumpul, tapi di Jakarta, “ Pak, jangan hanya rumpun ilmu, kami-kami ini terus bagaimana, kalau bapak dari PTPI rumpun ilmu PTPI saja yang dikembangkan, kita harus melebur pak”, maka singkatan ADRI menjadi Asosiasi Dosen Republik Indonesia. Waktu dibawa ke Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia, Kementerian bilang : “Pak, tidak boleh menggunakan kata Asosiasi pak”, lalu menggunakan apa pak, “perkumpulan” jawabnya. Waah ! ini sudah terlanjur populer di dunia namanya ADRI, ya sudah kalau begitu huruf A nya kita ganti saja, apa pak, “AHLI” saja karena dosen pasti ahli. Akhirnya yang muncul di Kemenkumham adalah Ahli dan Dosen Republik Indonesia, Sedang profesi yang lain baru Forum yang belum masuk ke Kemenkumham dan tidak seperti kita yang telah mempunyai cabang di 27 provinsi; dan organisasi yang ketiga yaitu membuat organisasi untuk melawan Pemerintah, sedikit-sedikit ke DPR, sedikit-sedikit ke DPR, wong ke DPR kok sedikit-sedikit. Kita ini (ADRI) ada di dalamnya, mengapa ke DPR ?. Oke , namanya sekarang ADRI, nah sekarang bagaimana perkembangannya ? Alhamdulillah, Juli besok saya akan melantik ADRI cabang India di New Delhi.

Bapak, ibu sekalian, tujuan utama kami NKRI, maka setelah melantik DPD ADRI Papua, langsung melantik DPD ADRI Sumatera Utara, Sulawesi Utara, justru pelantikan saya sebagai ketua umum ADRI di Nusa Tenggara Barat, saya tidak mau di Jakarta atau di Yogyakarta karena itu bukan simbol NKRI. Nah sekarang saya ingin fokus kepada kesejahteraan dosen, dari mana ? kita akan lobi-lobi hibah, rektor-rektornya, mengapa kita punya anggota PKI, apa itu PKI ? PKI itu adalah Potensi Konflik Internal, terutama di Perguruan Tinggi Swasta. Itu bisa terjadi karena ada 2 dosen yang rebutan jam mengajar, yang satu lapor ke Rektor, dan yang satunya lapor ke Yayasan, kalau dosennya kompak insya Allah tidak ada yang namanya konflik. Pengalaman saya pak, saya merukunkan Tri Sakti. Akhirnya kita buat organisasi, saya wakil sekjend Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta. Untuk Unitomo, Undar, UISU itu kompak, tapi kompak berantem, akhirnya tidak satupun yang berhasil, sisa-sisa mereka masih ada. Undar sudah clear sekarang berantem lagi. Tri Sakti dalam hal ini Yayasannya sudah menang di Mahkamah Agung, tapi karena rektornya punya kekuatan politik sehingga eksekusinya tidak bisa jalan, apa yang terjadi ? saya langsung telpon dirjen dan akhirnya diambil alih oleh negara karena tanahnya milik negara, yang dapat rejeki siapa ? ya orang Yogya, rektor Tri Sakti adalah orang Yogya, coba siapa ? ayo coba siapa ? beliau adalah Bapak Ali Ghufron, makanya dengan kita ya nurut-nurut saja, ikut MoU dengan ADRI, beliau sekjen kelembagaan yang mengeluarkan ijin-ijin. Ingat ! 20 conference kita zero from APBN . Jadi, kita bisa menyumbang, kontribusi 200 milyar kepada negara dalam waktu 3 tahun ini, jadi sekarang tinggal lincahnya dosen saja, kalau ada undangan dari ADRI ayo datang,

Bapak, ibu sekalian, itu scopus juga artikelnya, kalau bapak, ibu ragu dengan artikel dari jurnal masukkan saja ke Proceding, tapi scopus pak. Kemarin saya ke Malaysia sebagai ketua umum, saya bikin artikel pak, ya bayar juga, tapi saya bersyukur karena apa ? karena sejak dulu sudah saya siapkan.

IC ADRI pertama sampai dengan yang ke 10 itu saya harus kasih dana, di Papua, di Raja Ampat, kami siapkan dana 100 juta, kita bikin lagi nanti di sana karena di sana potensial.

Nah sekarang kita zero, dulu saya cari uang minta bantuan ke teman-teman Kemenristek, DPR, karena saya dulu pernah di sana dan ke konsultan-konsultan. Sekarang International Conferenceyang ke 1, sampai sekarang zero, makanya sekarang saya justru bayar, di Papua bayar 3 juta, di Surabaya juga bayar 3 juta. Untuk sampai terindeks Scopus itulah bapak. Ibu sekalian, perkembangan ADRI yang saya mohon grup ini menjadi pengelola dari jurnal kalian, kalau bisa bapak membuat 2 artikel, 1 artikel yang masuk ke jurnal internasional yang terindeks Scopus itu milik orang lain, milik orang India, milik orang Malaysia, yang suatu ketika kita bangga “ Aku sudah mau jadi professor terindeks Scopus, tapi tidak tahunya di down, tidak diakui scopus, lho pak ? Ada tidak yang dari teman-teman kita ? banyak pak ! Oleh karena itu kita bangun Jurnal milik kita sendiri, memang tidak bisa dalam waktu setahun atau dua tahun, kita baru dua tahun, ini ISSN nya pak, sudah Internasional pak jurnal kita ini, maka tadi malam saya nuntut ke LPDP sama Menristek, You salah, gagal faham, karena apa ? You anggap yang namanya Reviewer Internasional itu otomatis bersedia dengan kita. Itu perlu lobi-lobi, pendekatan-pendekatan, memang kalau ke ilmuannya sudah nyambung, dia tidak akan mau dibayar tapi datang ke sananya, lobi-lobinya ngajak makan dan oleh-olehnya itu harus dikasih dana, tolong itu pak menristek, kebetulan dulu mantan staf saya, sekarang jadi Kasubdit, siapkan dana itu untuk bagaimana melakukan para reviewer, perundingan dengan reviewer internasional, LPDP juga begitu, ke LPDP saya langsung masuk, katanya : kalau berhasil ke Scopus diberi 100 juta, 200 juta, berapa butir yang sekarang dapat, potong leher saya kalau ada 20 orang.

Nah sekarang kita sudah punya sendiri, punya lembaga sendiri yang pengelolaannya bapak semua, hanya syaratnya punya teman dari 3 negara, kita undang mereka, lalu kita lakukan pendekatan-pendekatan.

Sampai di sini saja, karena terlalu semangat tidak terasa sudah pukul 12.45 . Kita punya acara pada bulan Juni di Thailand, ADRI ke 23, penyelenggaranya cabang Thailand, ayo datang,  murah kok, seperti di Malaysia. Tolong catat nomor HP saya supaya bisa kolaborasi, pokoknya saya sudah niat sebab yang saya hadapi ini adalah para pengelola jurnal internasional ADRI. Nomor HP saya ; 0817776093 dan 082232736070 .

Bismillahirrahmanirrahim, Dengan ini saya lantik Pengurus ADRI cabang Yogyakarta sekaligus saya buka Seminar Pendampingan Artikel Terrindeks Internasional.

Terima kasih, al fatihah. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh.